Alat musik tradisional Gordang Sambilan memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan Kerajaan Mandailing. Berdasarkan catatan sejarah lisan, alat musik ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1475. Kemunculan awalnya terjadi pada masa pemerintahan Raja Sibaroar, seorang pemimpin dari Kerajaan Nasution di daerah Mandailing Natal.
Pada masa itu, tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, tetapi juga sebagai alat komunikasi. Bunyi gendang-gendangnya yang khas digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan penting, seperti tanda bahaya, panggilan perang, atau pengumuman acara adat. Ini menunjukkan peran sentral alat musik ini dalam kehidupan sosial masyarakat Mandailing.
juga memiliki peran spiritual yang mendalam. Dalam tradisi animisme, suara gendang ini dipercaya dapat memanggil roh leluhur dan menjalin komunikasi dengan dunia gaib. Alat musik ini menjadi jembatan antara dunia manusia dan dunia spiritual, digunakan dalam berbagai upacara sakral untuk memohon restu dan perlindungan.
Seiring berjalannya waktu, fungsi Gordang Sambilan berkembang. Meskipun peran ritualnya tetap penting, alat musik ini juga mulai digunakan dalam acara-acara yang lebih santai, seperti perayaan, festival, dan pertunjukan seni. Adaptasi ini membantu menjaga alat musik ini tetap relevan dan dikenal oleh generasi muda.
Proses pembuatan Gordang Sambilan melibatkan keahlian dan ritual khusus. Kayu pilihan dan kulit hewan tertentu digunakan untuk menciptakan gendang-gendang ini. Setiap tahap pembuatannya mengandung makna filosofis, memastikan bahwa alat musik ini tidak hanya menghasilkan suara yang indah, tetapi juga memiliki jiwa dan kekuatan spiritual.
Warisan Gordang Sambilan terus dilestarikan oleh masyarakat Mandailing. Mereka membentuk sanggar-sanggar seni dan mengadakan festival rutin untuk memperkenalkan alat musik ini kepada khalayak luas. Upaya ini penting untuk memastikan bahwa kekayaan budaya ini tidak punah dan terus dihargai.
Kisah Gordang Sambilan adalah cerminan dari identitas Suku Mandailing. Alat musik ini bukan hanya benda mati, melainkan saksi bisu dari perjalanan sejarah, tradisi, dan spiritualitas yang terus hidup Mempelajari Gordang Sambilan adalah cara terbaik untuk menyelami kekayaan budaya Sumatera Utara dan menghargai warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya.