Pemalsuan uang bukanlah sekadar tindak kriminal biasa yang merugikan individu semata. Lebih dari itu, fenomena pemalsuan uang di Tanah Air merupakan ancaman serius yang memiliki dampak ekonomi luas dan berpotensi memicu situasi darurat. Peredaran uang palsu secara masif dapat menggoyahkan sendi-sendi perekonomian nasional, dan urgensinya perlu dipahami oleh setiap lapisan masyarakat.
Salah satu dampak paling krusial dari peredaran uang palsu adalah dapat meningkatkan inflasi. Ketika uang palsu beredar di masyarakat, jumlah uang yang beredar bertambah tanpa diimbangi oleh peningkatan produksi barang dan jasa riil. Hal ini secara semu meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga barang dan jasa. Inflasi yang dipicu oleh uang palsu ini sangat merusak karena tidak didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang sesungguhnya, melainkan hanya menciptakan gelembung yang mengurangi daya beli masyarakat secara keseluruhan.
Selain itu, pemalsuan uang juga merusak kepercayaan terhadap sistem keuangan nasional dan mata uang Rupiah itu sendiri. Jika masyarakat mulai ragu akan keaslian uang yang mereka terima, mereka akan menjadi enggan bertransaksi tunai. Ini bisa memperlambat aktivitas ekonomi formal dan mendorong masyarakat untuk beralih ke instrumen pembayaran lain yang dianggap lebih aman, seperti aset fisik (emas) atau bahkan mata uang asing. Penurunan kepercayaan ini dapat mengganggu stabilitas keuangan dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Kerugian sektor riil akibat uang palsu juga sangat signifikan. Individu, terutama para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), adalah yang paling rentan. Ketika mereka menerima uang palsu, uang tersebut tidak memiliki nilai dan tidak dapat digunakan untuk transaksi atau modal usaha, sehingga menyebabkan kerugian finansial langsung. UMKM seringkali tidak memiliki alat deteksi uang canggih atau pengetahuan memadai untuk mengidentifikasi uang palsu, membuat mereka menjadi target empuk sindikat pemalsuan.
Lebih jauh lagi, peredaran uang palsu mengganggu kebijakan moneter Bank Indonesia. Bank sentral mengandalkan data akurat mengenai jumlah uang beredar untuk menentukan kebijakan ekonomi, seperti suku bunga dan pengendalian inflasi. Uang palsu menciptakan data yang bias, menyulitkan BI dalam mengambil keputusan yang tepat untuk menjaga stabilitas harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi.