Tumpukan Sampah dan Inflasi Hijau: Biaya Lingkungan yang Tak Pernah Dihitung

Setiap tahun, Indonesia mencatat angka pertumbuhan ekonomi yang mengesankan. Proyek-proyek pembangunan terus digencarkan, dan konsumsi masyarakat meningkat. Namun, di balik narasi optimisme itu, ada biaya besar yang tidak pernah tercatat dalam laporan keuangan negara: kerusakan lingkungan. Salah satu manifestasi paling nyata dari biaya ini adalah tumpukan sampah yang terus membengkak.

Produktivitas yang tinggi dan konsumsi yang masif secara langsung berkorelasi dengan volume sampah. Setiap kota dan kabupaten di Indonesia menghadapi tantangan serius dalam mengelola limbah. Sistem pengelolaan yang tidak memadai membuat sampah menumpuk di tempat pembuangan akhir, mencemari tanah, air, dan udara. Ini adalah inflasi hijau yang menggerogoti kualitas hidup.

Dampak dari tumpukan sampah ini tidak hanya estetika, tetapi juga ekonomi. Lingkungan yang tercemar menurunkan produktivitas pertanian dan perikanan, sementara penyakit yang disebabkan oleh sanitasi buruk membebani anggaran kesehatan. Dana yang seharusnya bisa dialokasikan untuk sektor produktif, justru habis untuk mengatasi masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Ironisnya, sebagian besar model ekonomi kita mengabaikan biaya-biaya ini. Kerusakan ekosistem, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati tidak tercatat sebagai utang atau kerugian dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Kita terus menganggap sumber daya alam sebagai sesuatu yang gratis, sementara limbah sebagai masalah sepele. Ini adalah inflasi hijau yang tak terlihat.

Untuk mengatasi kondisi ini, diperlukan pendekatan yang radikal. Pemerintah harus mengintegrasikan biaya lingkungan ke dalam kebijakan ekonomi. Pajak karbon, insentif untuk industri ramah lingkungan, dan regulasi ketat terhadap pembuangan limbah harus diterapkan secara tegas. Ini adalah langkah penting untuk mendorong transisi ke ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Selain itu, kesadaran dan partisipasi masyarakat juga sangat krusial. Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) harus benar-benar diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan harus digalakkan. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tugas kita semua.

Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi yang sejati harus sejalan dengan kelestarian lingkungan. Mengabaikan tumpukan sampah dan inflasi hijau berarti kita sedang membangun masa depan yang rapuh. Sudah saatnya kita menyadari bahwa kesehatan lingkungan adalah fondasi dari kesejahteraan manusia.

journal.pafibungokab.org

learn.pafipemkotkerinci.org

news.pafipemkotpalopo.org